Sejuknya Perjalanan Pulang Bersama Bus Sekolah

Sejuknya Perjalanan Pulang Bersama Bus Sekolah

Jakarta Timur, WartaKarya - Waktu sudah mendekati pukul 11.30 WIB. Di sebuah halte Jalan Raya Bekasi, sekelompok siswa SMPN 90 Jakarta mulai berkumpul. Mereka membentuk lingkaran-lingkaran kecil, bercengkerama, sesekali tertawa, menanti angkutan pulang mereka datang.

Cuaca yang sejak pagi sedikit mendung, perlahan berubah cerah. Matahari menembus awan, menyisakan hawa hangat yang kian lama terasa menyengat. Tapi tak satu pun dari mereka tampak mengeluh. Pandangan mereka tertuju ke arah jalan raya, menanti sosok yang dinanti.

Dari kejauhan, bus berwarna kuning terang mulai mendekat. Perlahan, armada khas berlogo Dinas Perhubungan DKI Jakarta itu menepi. Sontak para siswa berdiri, bersiap memasuki bus yang akan membawa mereka pulang — Bus Sekolah Rute 13, kendaraan gratis yang menjadi tumpuan harian pelajar di ibu kota.

“Masuknya tertib ya, jangan dorong-dorongan,” seru seorang petugas lapangan yang sejak tadi berjaga di halte. Ia sigap mengatur antrean agar para siswa masuk secara bergiliran.

Mereka tampak antusias — wajar saja. Interior bus tampak bersih, rapi, dan yang paling penting: sejuk. Seluruh armada Bus Sekolah memang dilengkapi pendingin ruangan yang selalu terawat, menjadikan perjalanan terasa nyaman, bahkan setelah seharian berkutat di ruang kelas.

Rute Panjang, Layanan Penuh Makna

Rute 13 yang dilayani bus tersebut menghubungkan Pulo Gadung, Jl. Raya Bekasi, Pondok Bambu (melalui Jl. Pahlawan Revolusi), lanjut ke Kali Malang, hingga berputar di Cawang dan Pusat Grosir Cililitan (PGC). Panjang dan padat, namun tak pernah kehilangan penumpang setianya: para siswa.

Enam unit bus berukuran sedang melayani rute ini setiap hari. Pada shift pertama mulai pukul 05.30 WIB, tiga armada berangkat dari arah Pulo Gadung, sementara tiga lainnya dari kawasan Cawang, tepat di depan Kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Tak kurang dari 1.000 pelajar terangkut setiap harinya dalam rute ini. Sebuah angka yang menunjukkan betapa pentingnya layanan ini dalam mendukung akses pendidikan di kota metropolitan.

“Kalau nggak ada bus sekolah, saya harus naik dua kali angkot,” ujar Nadya (13), siswa kelas VIII yang saban hari menggunakan layanan ini. “Lumayan hemat, bisa jajan di sekolah,” tambahnya sambil tertawa.

Menjemput Masa Depan

Bus Sekolah bukan sekadar kendaraan. Ia adalah jembatan yang menyingkat jarak, menghapus hambatan, dan membuka jalan bagi generasi muda Jakarta untuk meraih cita-cita. Di dalam kabin sejuk itu, setiap anak bisa pulang tanpa beban ongkos, tanpa rasa lelah yang berlebih, dan dengan senyum lega setelah seharian belajar.

Di kota yang bergerak cepat seperti Jakarta, layanan publik seperti ini adalah bukti nyata bahwa perhatian pada pendidikan tak sebatas ruang kelas. Ia juga hadir di jalan raya — menjemput, mengantar, dan menemani langkah para pelajar menuju masa depan yang lebih cerah. **(Gn)